top of page

PRO

JECT

overview

Based on the same perspective on Sumba's human exotism with the surrounding nature, the Tanarara Film Project was born as a shared idea between Rasamala Film and Scene 14. The project will produce two different short fictional films named Kaliawa (Scene 14) and Lona (Rasamala Film) which both tell a story about a child's relationship with his horse. Until now the process of making the Tanarara Film Project is still ongoing and will be completed in early 2019.

Didasari pada perspektif yang sama tentang eksotisme manusia Sumba dengan alam sekitarnya, Tanarara Film Project lahir sebagai gagasan kolektif antara Rasamala Film dan Scene 14 dalam menerjemahkan hal tersebut. Project ini nantinya akan menghasilkan 2 film fiksi pendek berbeda berjudul Kaliawa (Scene 14) dan Lona (Rasamala Film) yang sama-sama bercerita tentang hubungan seorang anak dengan kudanya. Sampai saat ini proses pembuatan Tanarara Film Project masih berlangsung dan direncanakan akan selesai di awal tahun 2019.

01/03

INTRO

02/03

Berbicara tentang Indonesia barangkali adalah juga berbicara tentang alam.

Sejuta damba di tanah Sumba

FILM

KALIAWA

Andi (10 years old) is a little jockey. Together with Wings, their name is known by many people for winning various races. One day, after practicing in the area, Wings was taken by a group of men. Andi then scolded by the Head of the Horse Stable because of his irresponsible behavior and expelled from the stable. In the midst of his despair, Andi met Umbu Febri, a former legendary jockey who now spends his time taking care of horses. Together with Umbu Febri, Andi learns that being a great jockey is more than just a victory.

02/03

Andi adalah seorang joki cilik berumur 10 tahun. Bersama dengan Wings, nama mereka dikenal oleh banyak orang karena telah memenangkan berbagai pacuan. Suatu ketika, usai berlatih di arena, Kepala Kandang menyuruh Andi untuk memulangkan Wings ke kandangnya, namun Andi malah menyuruh temannya untuk melakukannya hingga mengakibatkan Wings dicuri oleh segerombolan pria. Andi lalu dimarahi oleh Kepala Kandang karena dinilai tidak bertanggung jawab dan diusir dari kandang. Ditengah keputusasaannya, Andi bertemu dengan Umbu Febri, seorang mantan joki legendaris yang kini menghabiskan waktunya untuk mengurus kuda. Bersama dengan Umbu Febri, Andi belajar bahwa menjadi joki yang hebat itu lebih dari sekedar kemenangan.

Lona

03/03

When most of girls harbored her heart on woven fabrics, Lona chose not to. The love and loyalty of the girl who came from this tradion family, has only directed to Matawai, a sandelwood horse given by his grandfather. Things that can be visibly seen from the days so far; is always lived by 2 things only. The first is to take care of Matawai and the second is to be indifferent to the paradigm of horses and men, traditions, families, friends, including to Dominggus, the man who had secretly in love with Lona for a long time.

Until one day suddenly Lona's sister suddenly fell ill. The local shaman apparently cannot make her feel better, while his parents had already run out of money to continue treatment. The only way is to sell Matawai. But the reality is not that simple. Lona rebelled against his simian fights, which demanded her to take sides and confirm her greatest choice. On one hand a her sick sister needs her help while on the other hand selling Matawai also means selling her faith.

Di saat kebanyakan gadis-gadis seusianya melabuhkan hatinya pada kain tenun, Lona justru memilih untuk tidak. Kecintaan dan kesetiaan gadis yang berasal dari keluarga penganut adat ini, telah sejak lama hanya ia tujukan kepada Matawai, kuda sandelwood pemberian kakeknya. Hal yang dapat dengan lugas terlihat dari hari-harinya selama ini; yang memang selalu dijalani oleh hanya 2 hal saja. Yang pertama adalah mengurusi Matawai dan yang kedua adalah bersikap acuh pada paradigma tentang kuda dan lelaki, pada adat, keluarga, kawan-kawannya termasuk juga pada Dominggus, lelaki yang diam-diam menaruh perasaan pada Lona sejak lama.

​

Hingga suatu hari tiba-tiba saja adik Lona mendadak jatuh sakit. Dukun setempat rupanya tak kunjung mendatangkan kesembuhan, sedangkan orangtuanya sudah terlanjur kehabisan uang untuk meneruskan pengobatan. Satu-satunya jalan yang ada saat itu hanyalah menjual Matawai. Namun kenyataannya tak sesederhana itu. Lona memberontak menghadapi pertarungan simalakamanya, yang menuntutnya berpihak dan meneguhkan pilihat terbesarnya. Di satu sisi saudara sedarah yang tengah kritis membutuhkan bantuannya sedangkan di sisi yang lain menjual Matawai berarti juga adalah menjual keyakinannya. 

© 2018 by Tanarara Project. Created with Wix.com

bottom of page